Selasa, 11 Desember 2012

Karya Ilmiah


Essay
Miniatur Politik Kampus
Kampus adalah wadah menimba ilmu, mengembangkan bakat, dan ide kreatif para mahasiswa. Kampus juga tempat mahasiswa mencari keintelektualitas diri dan idealisme. Kita sebagai mahasiswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu tanggung jawab akademisi dan sosial. Sebagai mahasiswa alangkah baiknya tidak terpaku pada aktivitas perkuliahan semata, namun masih banyak hal lain di luar kurikulum perkuliahan yang perlu pelajari.
Dalam lingkup kampus, banyak wadah yang dibangun ditiap-tiap jurusan maupun fakultas untuk pengembangan diri mahasiswa sesuai bakat dan minat, dan ini semua di tampung oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HJM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Maka dari sinilah politik akan muncul di dalam kehidupan kampus yaitu dengan adanya pemilihan ketua baik dari tiap-tiap jurusan, BEM - Fakultas maupun BEM - Institut.
Oleh karena itu apabila kita menginginkan perubahan yang lebih baik, maka kita harus pintar memilih pemimpin yang baik dan bisa memajukan kampus kita. Karena ini semua akan sangat berkaitan dengan pengambilan kebijakan dalam menyalurkan maupun mengembangkan pengetahuan akademis yang kita miliki. Maka dari itu, pilihlah pemimpin yang benar-benar mempunyai konsep yang jelas, karena bila semuanya terwujud maka pemimpin tersebut tahu bagaimana mengelola organisasi yang baik dan benar. Akan tetapi jika kita salah melilih pemimpin, maka hanya akan menyia-nyiakan waktu, materi, dan kerja tanpa hasil yang jelas.
Bicara soal politik sama juga bicara tentang demokrasi. Dalam demokrasi rakyatlah yang menjadi pemegang kekuasaan tertinggi, pemerintah sadar bahwa posisinya hanyalah sebagai representasi. Kepada rakyat pulalah pemerintah wajib bertanggung jawab, rakyat berhak menegur, memberikan “sanksi”, bahkan mengganti wakil rakyat yang gagal menjadi penyambung lidah aspirasi.
Demokrasi sebenarnya mampu menjadi solusi bagi kebangkitan bangsa ini, namun Indonesia belum mampu menerapkan sistem demokrasi yang seideal mungkin. Dari dunia kampus kita mencoba menerapkan sistem demokrasi, di sini kita pahami betapa dengan demokrasi hak setiap komponen masyarakat mampu disuarakan. Hubungan demokrasi dengan politik sangatlah erat, dan saling mempengaruhi.
Perkembangan demokrasi sangat dipengaruhi oleh budaya politik di setiap daerah, maka untuk kesinergisan, budaya politik yang dianut harus sesuai dengan prinsip demokrasi. Dalam dunia kampus, kita menerapkan asas demokrasi untuk kehidupan politik kampus. Kampus bisa dikatakan sebagai miniatur dari sebuah Negara, karena menerapkan sistem demokrasi dalam memilih pemimpin. Namun kehidupan mahasiswa di kampus mempunyai sistem sendiri yang dianggap paling baik untuk mendapatkan pemimpin lembaga kemahasiswaan yang representatif.
Hal yang sangat menyedihkan adalah ketika mahasiswa lupa bahwa tujuannya aktif berpartisipasi dalam politik kampus adalah untuk mempersiapkan dirinya terjun dalam kehidupan nyata berbangsa dan bernegara. Seringkali mahasiswa lupa dan tengelam dalam kenikmatan popularitas, yang pada akhirnya mencari pembenaran bukan kebenaran.
Menjunjung tinggi kepentingan kelompok dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan, itulah mahasiswa dalam kehidupan politik kampus. Demokrasi dijadikan alat untuk memuaskan kebutuhan dan memajukan kepentingan. Setelah mendapatkan kekuasaan, seringkali lupa dan terlena bahwa tugasnya hanyalah menjalankan aspirasi orang-orang yang sudah memilihnya. Pemimpin lembaga kemahasiswaan lupa dan tidak peduli tentang harapan yang mahasiswa lain titipkan padanya. Kalau begini maka anggapan sebagian orang mengenai politik benar, karena dalam politik tidak ada kawan yang ada hanyalah lawan.
Sebenarnya kalau Kita jeli melihat perpolitikan di kampus hampir tidak ada bedanya dengan perpolitikan di Negara ini. Adanya perebutan kekuasaan, dan saling bekerja sama dalam membangun tujuan bersama. Jadi sangatlah tipis tidak ada bedanya antara perpolitikan di Negara ini dengan perpolitikan di kampus. Yang membedakan hanya ruang lingkup yang sempit dalam perpolitikan di kampus, sedangkan lingkup yang luas dalam perpolitikan di Negara ini. Jadi kampus bisa dikatakan sebagai miniatur politik kampus.
Memang di dalam politik tidak ada pertemanan yang abadi, dalam filosofi politik “tidak ada teman atau musuh yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan”. Kegiatan politik, perilaku sosial dan budaya di kampus benar-benar mencerminkan keadaan masyarakat di Negara ini. Munculnya masyarakat hedonis yang mementingkan gaya dan trend tanpa memperdulikan keadaan sosial di Negara ini, sangat berpengaruh pada masyarakat kampus, alhasil virus ini merasuk pada jiwa-jiwa masyarakat kampus.
Munculnya sifat apatis mencerminkan sifat individualis yang merupakan cikal bakal hedonisme. Adanya revolusi dalam sosial dan budaya Indonesia yang membuat masyarakat kampus berada di persimpangan jalan. Di mana masyarakat kampus memilih terjerat sikap apatis layaknya masyarakat individualis di Negara ini dengan mengatasnamakan memperjuangkan keadilan atas nama rakyat.
Jika sudah seperti ini, maka mahasiswa bukan lagi belajar demokrasi dan politik yang sehat. Dan fungsi mahasiswa yang digembor-gemborkan sebagai agent of change dan agent of control adalah salah, karena bukannya memberikan perubahan yang lebih baik malah merusak dan menghancurkan negaranya sendiri.
Maka dari itu kita sebagai makhluk yang baik harus serius dalam menjalankan sistem demokrasi yang berlaku di dalamnya. Kita harus professional, bisa menjalankan sesuai kaidah yang berlaku, dan membuat demokrasi di Indonesia seideal mungkin. Kita juga harus santai jika bukan kelompok kita yang memimpin. Tidak usah masuk rumah sakit jiwa jika kalah dalam pemilihan umum atau pemilihan raya, berbesar hati dan tetap mengawasi kinerja sahabat kita yang sedang memimpin.
Janganlah kamu merasa malu dan pergi entah kemana dan tidak berkontribusi lagi. Kekalahan bukan berarti selesai, dan ketika menang juga bukan berarti selesai. Semuanya baru dimulai setelahnya, karena menjadi wakil rakyat tidaklah gampang seperti yang kita bayangkan, tidak semudah yang kita pikirkan untuk mengatur rakyat. Sebagai wakil rakyat harusnya tidak meminta apapun dari rakyatnya, tidak mengharapkan harta benda atau imbalan lainnya, tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih. Karena itu semua sebenarnya hanya untuk kemajuan yang lebih baik khususnya bagi Indonesia agar lebih bermartabat dan disegani oleh Negara lain.