Si Thoet
Menikmati Indahnya Hidup
Senin, 07 Januari 2013
Selasa, 11 Desember 2012
Karya Ilmiah
Essay
Miniatur Politik Kampus
Kampus adalah wadah menimba ilmu, mengembangkan bakat, dan ide
kreatif para mahasiswa. Kampus juga tempat mahasiswa mencari keintelektualitas
diri dan idealisme. Kita sebagai mahasiswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu tanggung
jawab akademisi dan sosial. Sebagai mahasiswa alangkah baiknya tidak terpaku
pada aktivitas perkuliahan semata, namun masih banyak hal lain di luar
kurikulum perkuliahan yang perlu pelajari.
Dalam lingkup kampus, banyak wadah yang dibangun ditiap-tiap
jurusan maupun fakultas untuk pengembangan diri mahasiswa sesuai bakat dan
minat, dan ini semua di tampung oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HJM) dan Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM). Maka dari sinilah politik akan muncul di dalam
kehidupan kampus yaitu dengan adanya pemilihan ketua baik dari tiap-tiap
jurusan, BEM - Fakultas maupun BEM - Institut.
Oleh karena itu apabila kita menginginkan perubahan yang lebih
baik, maka kita harus pintar memilih pemimpin yang baik dan bisa memajukan
kampus kita. Karena ini semua akan sangat berkaitan dengan pengambilan
kebijakan dalam menyalurkan maupun mengembangkan pengetahuan akademis yang kita
miliki. Maka dari itu, pilihlah pemimpin yang benar-benar mempunyai konsep yang
jelas, karena bila semuanya terwujud maka pemimpin tersebut tahu bagaimana
mengelola organisasi yang baik dan benar. Akan tetapi jika kita salah melilih
pemimpin, maka hanya akan menyia-nyiakan waktu, materi, dan kerja tanpa hasil
yang jelas.
Bicara soal politik sama juga bicara tentang demokrasi. Dalam
demokrasi rakyatlah yang menjadi pemegang kekuasaan tertinggi, pemerintah sadar
bahwa posisinya hanyalah sebagai representasi. Kepada rakyat pulalah pemerintah
wajib bertanggung jawab, rakyat berhak menegur, memberikan “sanksi”, bahkan
mengganti wakil rakyat yang gagal menjadi penyambung lidah aspirasi.
Demokrasi sebenarnya mampu menjadi solusi bagi kebangkitan bangsa
ini, namun Indonesia belum mampu menerapkan sistem demokrasi yang seideal
mungkin. Dari dunia kampus kita mencoba menerapkan sistem demokrasi, di sini
kita pahami betapa dengan demokrasi hak setiap komponen masyarakat mampu
disuarakan. Hubungan demokrasi dengan politik sangatlah erat, dan saling
mempengaruhi.
Perkembangan demokrasi sangat dipengaruhi oleh budaya politik di
setiap daerah, maka untuk kesinergisan, budaya politik yang dianut harus sesuai
dengan prinsip demokrasi. Dalam dunia kampus, kita menerapkan asas demokrasi
untuk kehidupan politik kampus. Kampus bisa dikatakan sebagai miniatur dari
sebuah Negara, karena menerapkan sistem demokrasi dalam memilih pemimpin. Namun
kehidupan mahasiswa di kampus mempunyai sistem sendiri yang dianggap paling
baik untuk mendapatkan pemimpin lembaga kemahasiswaan yang representatif.
Hal yang sangat menyedihkan adalah ketika mahasiswa lupa bahwa
tujuannya aktif berpartisipasi dalam politik kampus adalah untuk mempersiapkan
dirinya terjun dalam kehidupan nyata berbangsa dan bernegara. Seringkali
mahasiswa lupa dan tengelam dalam kenikmatan popularitas, yang pada akhirnya
mencari pembenaran bukan kebenaran.
Menjunjung tinggi kepentingan kelompok dan menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan kekuasaan, itulah mahasiswa dalam kehidupan politik kampus. Demokrasi
dijadikan alat untuk memuaskan kebutuhan dan memajukan kepentingan. Setelah
mendapatkan kekuasaan, seringkali lupa dan terlena bahwa tugasnya hanyalah
menjalankan aspirasi orang-orang yang sudah memilihnya. Pemimpin lembaga
kemahasiswaan lupa dan tidak peduli tentang harapan yang mahasiswa lain
titipkan padanya. Kalau begini maka anggapan sebagian orang mengenai politik
benar, karena dalam politik tidak ada kawan yang ada hanyalah lawan.
Sebenarnya kalau Kita jeli melihat perpolitikan di kampus hampir
tidak ada bedanya dengan perpolitikan di Negara ini. Adanya perebutan
kekuasaan, dan saling bekerja sama dalam membangun tujuan bersama. Jadi
sangatlah tipis tidak ada bedanya antara perpolitikan di Negara ini dengan
perpolitikan di kampus. Yang membedakan hanya ruang lingkup yang sempit dalam
perpolitikan di kampus, sedangkan lingkup yang luas dalam perpolitikan di
Negara ini. Jadi kampus bisa dikatakan sebagai miniatur politik kampus.
Memang di dalam politik tidak ada pertemanan yang abadi, dalam
filosofi politik “tidak ada teman atau musuh yang abadi, yang ada hanyalah
kepentingan”. Kegiatan politik, perilaku sosial dan budaya di kampus
benar-benar mencerminkan keadaan masyarakat di Negara ini. Munculnya masyarakat
hedonis yang mementingkan gaya dan trend tanpa memperdulikan keadaan sosial di
Negara ini, sangat berpengaruh pada masyarakat kampus, alhasil virus ini merasuk
pada jiwa-jiwa masyarakat kampus.
Munculnya sifat apatis mencerminkan sifat individualis yang
merupakan cikal bakal hedonisme. Adanya revolusi dalam sosial dan budaya
Indonesia yang membuat masyarakat kampus berada di persimpangan jalan. Di mana
masyarakat kampus memilih terjerat sikap apatis layaknya masyarakat
individualis di Negara ini dengan mengatasnamakan memperjuangkan keadilan atas
nama rakyat.
Jika sudah seperti ini, maka mahasiswa bukan lagi belajar demokrasi
dan politik yang sehat. Dan fungsi mahasiswa yang digembor-gemborkan sebagai agent
of change dan agent of control adalah salah, karena bukannya
memberikan perubahan yang lebih baik malah merusak dan menghancurkan negaranya
sendiri.
Maka dari itu kita sebagai makhluk yang baik harus serius dalam
menjalankan sistem demokrasi yang berlaku di dalamnya. Kita harus professional,
bisa menjalankan sesuai kaidah yang berlaku, dan membuat demokrasi di Indonesia
seideal mungkin. Kita juga harus santai jika bukan kelompok kita yang memimpin.
Tidak usah masuk rumah sakit jiwa jika kalah dalam pemilihan umum atau
pemilihan raya, berbesar hati dan tetap mengawasi kinerja sahabat kita yang
sedang memimpin.
Janganlah kamu merasa malu dan pergi entah kemana dan tidak
berkontribusi lagi. Kekalahan bukan berarti selesai, dan ketika menang juga
bukan berarti selesai. Semuanya baru dimulai setelahnya, karena menjadi wakil
rakyat tidaklah gampang seperti yang kita bayangkan, tidak semudah yang kita
pikirkan untuk mengatur rakyat. Sebagai wakil rakyat harusnya tidak meminta
apapun dari rakyatnya, tidak mengharapkan harta benda atau imbalan lainnya,
tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih. Karena itu semua
sebenarnya hanya untuk kemajuan yang lebih baik khususnya bagi Indonesia agar
lebih bermartabat dan disegani oleh Negara lain.
Langganan:
Postingan (Atom)